Selamat Datang di Kampus Hijau STAIN Bengkulu

Kepada semua pembaca Blog.........
Halaman ini merupakan rubrik Humas STAIN Bengkulu, diperuntukan untuk mempublikasikan kegiatan yang diselenggarakan oleh STAIN Bengkulu.
Sebagai salam pembuka, STAIN Bengkulu memiliki empat jurusan, masing-masing:
A. Jurusan Tarbiyah dengan Program Studi: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Bahasa Inggris, PGMA, PGMI dan Pendidikan IPS(S.Pd.I)
B. Jurusan Syari'ah dengan program Studi: Ahwal Syakhsyiyah, Muamalah, Ekonomi Islam (SH.I).
C. Jurusan Dakwah dengan Program Studi: Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bimbingan Konsling Islam (S.Sos.I).
D. Jurusan Ushuluddin dengan Program Studi: Filsafat dan Pemikiran Politik Islam, Tafsir Hadis (S.Th.I).
Mulai Tahun ajaran 2008/2009 Insya Allah di Jurusan Tarbiyah akan dibuka tadris Program Studi IPS dan Matematika dan Program Pascasarjana Pendidikan Islam.

Kamis, 14 Februari 2008

STAIN Bengkulu Gelar Seminar Nasional Ragam Aliran Keagamaan



Bertempat di gedung Auditorium STAIN Bengkulu Sabtu lalu (02/02), STAIN Bengkulu menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertajuk “Memahami Aliran-aliran Keagamaan di Indonesia,” kegiatan ini dibuka langsung oleh wakil gubernur Bengkulu H. Syamlan, Lc sekaligus bertindak sebagai keynote speaker. Dalam kegiatan Seminar nasional ini, pihak STAIN Bengkulu menghadirkan dua pembicara nasional, Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain (Direktur Pascasarjana UIN Yogyakarta) peneliti dan pakar dibidang aliran Ahmadiyah dan Prof. Dr. H. Jalaluddin Rachmat (Pakar Ilmu Komunikasi UNPAD) merupakan pakar dalam aliran Syi’ah. Semnas ini mendapat perhatian serius dari masyarakat propinsi Bengkulu, terbukti dengan banyaknya peserta yang hadir dari berbagai kalangan mulai dari dosen, mahasiswa, politisi, tokoh adat dan tokoh agama, guru, sampai anggota aliran keagamaan yang ada di propinsi Bengkulu. Kegiatan ini juga di meriahkan oleh bazar buku dan disiarkan langsung oleh Radio L-BAAS STAIN Bengkulu.

Dari seminar nasional yang berlangsung, pembicara nasional secara bergiliran memaparkan makalahnya mengenai aliran keagamaan sesuai dengan sub tema yang disampaikan oleh panitia. Menurut Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain, berlarutnya keputusan mengenai sesat dan tidaknya aliran ahamadiyah dari pemerintah, membuat masyarakat kian bingung dalam menanggapinya. Secara jelas fatwa MUI menyatakan secara sesat alirahan Ahmadiyah, di sisi lain ada juga ormas Islam yang secara terang-terang menolak fatwa MUI tersebut katakanlah JIL pimpinan Ulil. sikap yang berbeda ini, membuat kalangan muslim bertanya-tanya ada apa sebenarnya dibalik perbedaan ini, hal ini diperparah lagi dengan menggantungnya identitas aliran Ahmadiyah atas kebijakan pemerintah Indonesia yang belum memutuskan sesat tidaknya aliran Ahmadiyah di Indonesia. Ditambahan oleh Iskandar, kedepan peluang bagi jamaat Ahmadiyah untuk lepas dari fatwa sesat MUI tetap ada. Kemungkinan ini muncul setelah dilakukannya pertemuan Badan Litbang Diklat Departemen Agama RI yang berdialog dengan tokoh Ahmadiyah sebanyak 7 kali (7 September 2007 s.d. 14 Januari 2008) sebagai upaya dalam mencarai penyelesaian mengenai status Ahmadiyah di Indonesia.

Dari pertemuan terakhir tanggal 14 Januari 2008 yang lalu, antara pemerintah dan kelompok JAI menyepakati 12 butir pernyataan yang ditanda tangani oleh Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia atas nama H. Abdul Basit dan ditandatangani oleh instansi pemerintah dan tokoh Islam. Poin penting dari kesempakatan itu adalah JAI mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir ditandai diucapkannya syahadat oleh JAI, dan menyatakan bahwa buku Tadzkirah yang selama ini oleh banyak kalangan sebagai kitab sucinya JAI adalah sebuah catatan pengalaman kerohanian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, paparnya.

Pembicara lainnya Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat, secara general memaparkan Aliran Syi’ah berdasarkan kajian secara ilmiah, mulai dari alasan mengapa kaum Syi’ah memilih Khalifah Ali hingga perjalanan Syi’ah di Iraq dan Iran. Menurutnya beragamannya aliran dalam memahami agama itu tidak bisa dilepaskan dari pengaruh social cultur dan waktu, serta pemahaman psikologis seseorang. Dalam memandang sebuah aliran termasuk sesat atau tidak kita tidak bisa mengambil kebijakan sepihak, tugas kita sebagai ilmuan adalah meneliti mengapa dan bagaimana mencari jalan keluar sebuah masalah, bukan menghakimi dan mengintimidasi, tugas politisilah yang memutuskan keputusan akhir sebuah masalah, demikian halnya dengan penentuan status aliran keagamaan.

Ditempat terpisah, menurut ketua panitia Drs. H. Sirajuddin M, M.Ag., MH, seminar nasional yang diselenggarakan STAIN merupakan cerminan dari kepedulian dunia pendidikan terhadap maraknya sejumlah aliran yang berkembang belakangan ini. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara akademik akan pemahaman berbagai aliran keagamaan yang ada saat ini, harapannya akan timbul sebuah sikap yang arif dari masyarakat dalam menyikapi keragaman aliran tersebut.

Tidak ada komentar: