Selamat Datang di Kampus Hijau STAIN Bengkulu

Kepada semua pembaca Blog.........
Halaman ini merupakan rubrik Humas STAIN Bengkulu, diperuntukan untuk mempublikasikan kegiatan yang diselenggarakan oleh STAIN Bengkulu.
Sebagai salam pembuka, STAIN Bengkulu memiliki empat jurusan, masing-masing:
A. Jurusan Tarbiyah dengan Program Studi: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Bahasa Inggris, PGMA, PGMI dan Pendidikan IPS(S.Pd.I)
B. Jurusan Syari'ah dengan program Studi: Ahwal Syakhsyiyah, Muamalah, Ekonomi Islam (SH.I).
C. Jurusan Dakwah dengan Program Studi: Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bimbingan Konsling Islam (S.Sos.I).
D. Jurusan Ushuluddin dengan Program Studi: Filsafat dan Pemikiran Politik Islam, Tafsir Hadis (S.Th.I).
Mulai Tahun ajaran 2008/2009 Insya Allah di Jurusan Tarbiyah akan dibuka tadris Program Studi IPS dan Matematika dan Program Pascasarjana Pendidikan Islam.

Kamis, 10 April 2008

P3M STAIN Bengkulu Gelar Lokakarya PAR

WARTA STAIN-Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STAIN Bengkulu menyelenggarakan lokakarya Partisipatory Action Research (PAR) dan Pengabdian Masyarakat Secara Partisipatif bagi Dosen STAIN Bengkulu. Kegiatan ini sebagai bentuk optimalisasi peran STAIN Bengkulu dalam bidang pengabdian kepada masyarakat dan pola program Kuliah Kerja Nyata (KKN) STAIN Bengkulu dalam bingkai transformasi social.


Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dari 13-15 Maret 2008, bertempat digedung Workshop STAIN Bengkulu, diikuti 30 orang peserta dari kalangan dosen, dengan menghadirkan pembicara local dari STAIN Bengkulu yaitu Dr. Rohimin, M,Ag, Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd serta Drs. Zulkarnain S., M.Ag, dan pembicara Pusat yang kompeten dibidang PAR/PRA yaitu Drs. Ahmad Mahmuddi dari LPTP dan Insist, Drs. H. Marzuki Wahid, MA dari Depag Pusat.

Dalam Sambutannya Kepala P3M STAIN Bengkulu Drs. Kurnadi Shahab, M.Si menyatakan "bahwa kegiatan ini dilatari oleh pergulatan kami (P3M, red) yang relatif panjang sejak tahun 2003 dalam melaksanakan program KKN secara transpormatif/aksi transpormasi social dengan melihat masyarakat dari dalam dirinya bukan dari jadikan sebagai objek kajian semata, pemberdayaan masyarakat dalam melakukan perubahan harus melewati penumbuhan kesadaran diri yang ada pada masyarakat. Dalam kajian manusia harus dijadikan sebagai subjek bukan objek kajian semata yang seolah-oleh manusia sama dengan benda mati, tetapi manusia memiliki sejarah kehidupan yang unik dalam setiap komunitasnya," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua STAIN Bengkulu Dr. Rohimin, M.Ag, menurutnya “dosen sangat penting sekali mamahami apa yang terjadi di masyarakat, terutama pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Pemberdayaan dan pengembangan sebagai konsep sosial, lalu berkembang menjadi konsep gerakan dengan semangat penumbuhan kesadaran diri pada diri masyarakat itu sendiri. Dengan kegiatan ini akan bermanfaat besar bagi kita semua terutama dalam pementaan konsep pengabdian dengan semangat PAR," katanya.

Rohimin juga mengatakan, "sudah ada minat tentang pemberdayaan dan pengembangan, tetapi belum begitu optimal pengabdiannya, dengan semangat dan kerangka kerja PAR tersebut pengabdian kepada masyarakat jauh lebih optimal dan menyentuh pada apa yang dibutuhkan masyarakat," jelasnya.

Baik Ahmad Mahmudi maupun Marzuki Wahid dalam materinya meletakan pondasi dasar dalam semangat PAR dengan membandingkan berbagai paradigma penelitian dan penekanan “kesadaran social” sebagai inti dasar dari PAR. Selama 3 hari penuh peserta lokakarya diberikan berbagai materi yang berkaitan dengan cara kerja partisipatory action research, mulai dari mapping hingga pola partisipasi yang diisyaratkan dalam semangat PAR. Menurut Ahamad Mahmuddi, “dalam partisipasi yan harus menjadi focus perhatian adalah mengapa masyarakat terlemahkan dan system apa yang melemahkan, karena metode-metode PAR harus diintegrasikan dalam proses studi kelompok lemah, miskin dan minoritas. “Peneliti yang berselingkuh dengan kekuatan ekonomi dan politik maka itu akan berakibat dehumanisasi, kerena setiap manusia punya sejarah hidup masing-masing,” jelas Mahmuddi.

Hal senada diungkapakn oleh Marzuki Wahid, “kita semua adalah manusia, sudah seharusnya kita memanusiakan manusia. Tidak seorang pun berhak merendahkan dan menghilangkan kemuliaan manusia, karena itu masyarakat sebagai subjek pengabdian dan penelitian harus menjadi penentu dalam pemberdayaan dengan jalan menumbuhkan kesadaran dalam kerangka transformasi social bukan menjadikan manusia sebagai objek yang tidak berdaya dan mengikuti perlakukan system yang melihat dan membelenggunya,’ ungkap Marzuki.

Tidak ada komentar: